Analisa Kebangkrutan Z, adalah suatu alat yang
digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan
suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa
rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan
diskriminan, maka berdasarkan analisa ini apabila nilai Z
dari perusahaan yang diteliti lebih kecil dari 1,80 berisiko
tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z berada diantara
1,81 sampai dengan 3,00 dikatakan masih memiliki resiko
kebangkrutan, bila di atas nilai 3,00 atau Z > 3,00 aman
dari kebangkrutan. Untuk menghitung nilai Z, terlebih
dahulu kita harus menghitung lima jenis rasio keuangan,
yaitu :
1. Working Capital To Total Assets (XI).
2. Retained Earning To Total Assets (X2).
3. Earning Before Interest & Taxes to Total Assets (X3).
4. Market Value of Equity to Book Value of Debt (X4).
5. Sales To Total Assets (X5).
Z = Overall Index
Selanjutnya nilai Z dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Z = 0,012(XI) + 0,014(X2) + 0,033(X3) + 0,006(X4) + 0,999(X5)
Analisa kebangkrutan Z ini ditemukan oleh Edward
I. Altman, tujuan dari analisis ini adalah;
The prediction of corporate bankruptcy is used an illustrative
case. Specifically, a set of financial and economic ratio will be
investigated in a bankruptcy prediction context wherein
amultiple discriminant statistical methodology is employe. The
data used in the study are limited to manufacturing
corporations (ramalan terhadap kebangkrutan perusahaan digunakan
sebagai suatu kasus yang membantu menjelaskan).
Tegasnya, seperangkat rasio ekonomi dan keuangan akan
diteliti dalam suatu kontek ramalan kebangkrutan dimana
suatu metodologi statistik multi diskriminan digunakan.
Data yang digunakan dalam studi dibatasi pada
perusahaan manufaktur.
1. Working Capital To Total Assets
Rasio pertama yang digunakan sebagai alat
diskriminan adalah rasio modal kerja terhadap total
aktiva, ini sering kali dijumpai dalam studi kasus
permasalahan perusahaan, ini adalah ukuran bersih pada
aktiva lancar perusahaan terhadap modal perusahaan.
Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar
dikurangi hutang lancar. Karakteristik likuiditas benarbenar
ditentukan secara jelas biasanya sebuah perusahaan
yang rnengalami kerugian operasi yang terus menerus
akan menyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total
aktiva.
Diantara penilaian terhadap rasio likuiditas, rasio ini
terbukti paling berharga. Pemasukan variabel ini sesuai
dengan studi Merwin yang menilai modal kerja beraih
pada rasio total aktiva sebagai indikator terbaik terhadap
penghentian terakhir.
2. Retained Earning To Total Assets
Adalah ukuran dari profitabilitas kumulatif lewat
waktu disebutkan pada awalnya sebagai satu dari rasio
baru. Usia perusahaan dinyatakan secara implisit dalam
rasio ini, sebagai contoh, sebuah perusahaan baru relatif
mungkin akan menunjukan rasio laba ditahan/total aktiva yang rendah karena tidak adanya waktu untuk
menambah laba kumulatifnya. Oleh karena itu, dapat
dibuktikan bahwa perusahaan baru nampak berbeda dari
analisis ini, dan kesempatan/peluang untuk
diklasifikasikan dalam golongan bangkrut relatif lebih
tinggi dari yang lainnya, dari pada perusahaan
perusahaan yang lebih tua, jika hal-hal lain diasumsikan
tidak mempengaruhi (cateris paribus). Tapi, ini
merupakan keadaan yang sesungguhnya di dunia nyata.
Timbulnya kegagalan lebih tinggi dalam tahun-tahun
awal perusahaan.
3. Earning Before Interest and Taxes To Total Assets
Rasio ini dihitung dangan membagi total aktiva
perusahaan dengan penghasilan sebelum bunga dan
potongan pajak dibagi dengan total aktiva. Pada
pokoknya, merupakan ukuran produktivitas dari aktiva
perusahaan yang sesungguhnya terlepas dari pajak atau
faktor leverage.
Sejak keberadaan pokok perusahaan didasarkan
pada kemampuan menghasilkan laba dari aktivaaktivanya,
rasio ini muncul mcnjadi yang paling utama
sesuai untuk studi yang berhubungan dengan kegagalan
perusahaan.
Selanjutuya keadaan bangkrut dalam pengertian
kebangkrutan terjadi saat total kewajiban melebihi
penilaian wajar perusahaan terhadap aktiva perusahaan
dengan nilai ditentukan oleh kemampuan aktiva
menghasilkan laba.
4. Market Value Of Equity To Book Value Of Debt
Modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan
keseluruhan lembar saham preferen dan biasa. Sementara
hutang meliputi hutang lancar dan hutang jangka
panjang. Ukuran tersebut menunjukan seberapa banyak
aktiva perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari
nilai pasar modal dilambah hutang) sebelum kewajiban
(hutang) melebihi aktiva dan perusahaan menjadi
bangkrut.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan dengan nilai
pasar dari modalnya sebesar 1.000 dollar dan hutang 500
dollar dapat mengalami 2/3 penurunan nilai aktiva
sebelum kebangkrutan, bagaimanapun perusahaan yang
sama dengan modal 250 dollar akan bangkrut jika
penurunannya hanya 1/3 nilainya. Rasio ini
menambahkan dimensi nilai pasar yang tidak ditentukan
oleh studi mengenai kebangkrutan lainnya. Rasio ini juga
tampak menjadi penentu kebangkrutan yang lebih efektif
dari pada rasio serupa yang lebih umum digunakan.
5. Sales To Total Assets
Rasio perputaran modal adalah standar rasio
keuangan yang menggambarkan kemampuan
peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan merupakan
suatu ukuran dari kemampuan manajemen dalam
menghadapi kondisi yang kompetitif.
Rasio akhir ini cukup penlting, walaupun dalam
faktanya signifikan dari ukuran rasio ini tidak dapat
ditampakkan semuanya tapi karena relasi yang unik
diantara variabel dalam model ini, rasio penjualan/total
aktiva menjadi rangking kedua dalam kontribusi
keseluruhan ketepatan model diskriminan.
(The jurnal of finance, 1968)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar